Ayam Bakar MyCadaz: Sensasi Rasa Sedap dari Bisnis Rumahan yang jadi Pilihan

Ayam Bakar MyCadaz
Ayam Bakar MyCadaz

Bisnis kuliner adalah salah satu jenis bisnis yang cukup cepat mengalami perubahan dalam berbagai hal. Seperti ketika datangnya pandemi COVID-19 yang tidak disangka oleh siapa saja, bahkan para pebisnis kuliner.

Pandemi membuat bisnis kuliner juga memiliki tren yang baru seperti restoran/kafe yang membatasi jumlah pengunjung, berubahnya pola pemesanan dari offline ke online seperti menggunakan aplikasi pemesanan makanan online, hingga mencari rekomendasi dari maps Google.

Perubahan ini tak hanya menjadi tantangan tetapi juga peluang bagi para pebisnis F&B untuk terus berinovasi menciptakan rasa yang bisa menjadi pilihan. Termasuk yang dilakukan oleh Bapak Hendra, pemilik Ayam Bakar MyCadaz.

Dari Pekerja Kantoran jadi Pebisnis F&B Ayam Bakar MyCadaz

Dalam bisnis kuliner, peluang yang tersedia untuk menjadi bagian pebisnis F&B memang sangat terbuka lebar. Termasuk peluang yang dilihat oleh Bapak Hendra, pemilik Ayam Bakar MyCadaz yang memilih untuk berbisnis kuliner sejak tahun 2017. Setelah puluhan tahun menjadi pekerja kantoran, pak Hendra akhirnya memilih jalan untuk menjadi seorang bisnis kuliner dengan berjualan ayam bakar dan beragam menu lainnya.

Perjalanan yang panjang ini membuat Ayam Bakar MyCadaz terus bertransformasi hingga saat ini menyesuaikan perkembangan bisnis yang terjadi. Seperti ketika Covid-19 datang, Ayam Bakar MyCadaz harus pindah dari outlet offline yang ada tiga, lalu berkurang dan beralih ke platform pemesanan online dan tersisa dua outlet di Jakarta dan Depok.

“Ayam Bakar MyCadaz awal mula beroperasional awal Agustus 2017 di Jl. Danau Tondano, Jakarta Pusat. Kemudian pada tahun 2018 mulai bertransformasi ke online, tergabung di beberapa aplikasi online. Pada saat Covid-19 merebak, tadinya kita yang punya lokasi offline, jadi tidak punya lagi. Tapi, itu jadi titik balik karena bertransformasi ke dunia digital.”
– Pak Hendra, Owner Ayam Bakar MyCadaz

Baca juga: Beda Kafe, Bistro, dan Eatery yang Harus Dipahami Pebisnis F&B

Tak hanya itu, keputusannya berhenti bekerja dan memilih menjadi pebisnis kuliner membuatnya menjadi banyak belajar perihal rasa, pelayanan, dan melek akan teknologi yang bisa mendukung penjualannya. Hal berbeda dirasakan oleh Pak Hendra karena saat bekerja ia mendapatkan pemasukan bulanan yang pasti, sedangkan ketika berbisnis, ada banyak hal yang harus dilakukan tak hanya untuk mendapatkan keuntungan.

Melek Tren Kuliner untuk Kemajuan Bisnis dan Mengerti Kebutuhan Customer

Untuk memahami bisnis kuliner yang sangat dinamis, memahami tren kuliner yang bisa berubah dengan cepat adalah salah satu kunci bisnis bisa bertahan lebih lama. Tren kuliner dapat diketahui dengan memahami algoritma dari aplikasi pemesanan online dan media sosial.

Tak hanya itu, penggunaan teknologi seperti sistem kasir yang terintegrasi juga sangat penting untuk mempermudah transaksi yang dilakukan oleh customer. Beragam sistem kasir atau point of sales sudah dicoba untuk memberikan kemudahan bagi para pelanggannya.

Hal ini lah yang membuatnya tetap melek terhadap tren dan teknologi yang relevan untuk mendukung jalannya keberlangsungan bisnis kulinernya, selain menciptakan rasa terbaik di setiap hidangan yang disajikan untuk para pelanggan Ayam Bakar MyCadaz.

Termasuk untuk beralih menggunakan sistem kasir IDEKU karena ketertarikannya dengan program PKDT sama POS Idaman yang ingin mengundang para pebisnis kuliner untuk merasakan beragam fitur dan produk IDEKU untuk mendukung efisiensi operasional bisnis mereka.

“Saya menggunakan IDEKU karena cocok untuk pembukuan, pemasukan, pengeluaran, semuanya sudah lengkap. Dan itu sangat memudahkan untuk kita para pelaku UMKM dalam menjalankan bisnis kuliner ini.”

Kunjungi Ayam Bakar MyCadaz di Jakarta & Depok

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *